Istighosah Rutin, KH Imron Mutamakkin Ajak Warga Nahdliyin Jaga Marwah Organisasi
- calendar_month 2 jam yang lalu
- visibility 17
- comment 0 komentar

Puspo, NU Pasuruan
Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Pasuruan, KH Imron Mutamakkin, menegaskan pentingnya menjaga militansi NU dan peran keilmuan yang telah diwariskan para ulama Pasuruan. Hal itu ia sampaikan dalam Istighosah Jum’at Legi yang digelar PCNU Pasuruan di Masjid Al Huda, Kecamatan Puspo, Jumat (26/09/2025).
Menurutnya, sejak dulu Pasuruan memiliki kontribusi besar terhadap perkembangan NU di tingkat nasional. Nama-nama tokoh seperti KH Khuzaimi, KH Abdurrahman, dan KH Subadar menjadi bukti nyata peran Pasuruan, bahkan hingga dalam peristiwa heroik 10 November.
“NU Pasuruan harus tetap menjaga mashalihul ummah serta militansi organisasi. Kita juga harus memahami AD/ART sebagai harga mati agar NU tidak mudah goyah,” tegasnya.
Ia menjelaskan, tujuan NU tidak lain adalah menegakkan syariah Islam dalam bingkai NKRI serta memberi panduan dalam kehidupan sehari-hari, mulai dari muamalah, zakat maal, hingga urusan sosial kemasyarakatan.
“Peran kita mengayomi dan membimbing masyarakat karena itu adalah tugas NU,” tambahnya.
Dalam kesempatan itu, Gus Ipong sapaan akrabnya juga menyinggung soal perkembangan kesenian masyarakat. Ia menilai, NU tidak menolak kreativitas yang hidup di tengah warga selama tidak bertentangan dengan nilai agama. Namun, ia mengingatkan bahwa kemaksiatan yang dilakukan secara terang-terangan akan memberi dampak buruk secara kolektif.
“Kalau kemaksiatan dibiarkan tanpa ada yang melarang, maka semuanya akan terkena dosanya. Soal diterima atau tidaknya amal ibadah seseorang, itu urusan lain,” jelasnya.
Lebih lanjut, ia mengajak agar setiap persoalan diselesaikan dengan damai serta mengingatkan pemerintah daerah, khususnya Wakil Bupati Pasuruan, untuk melahirkan kebijakan yang adil bagi masyarakat.
Mengakhiri tausiyahnya, Kiai Imron mengutip pesan KH Ad Rahman tentang tiga hal yang harus dijaga warga NU: wareg, waras, dan wasis.
“Wareg berarti cukup kebutuhan hidup, waras sehat lahir dan batin, sedangkan wasis berarti cerdas serta berpendidikan. Ketiganya harus terus dipelihara,” pungkasnya.
- Penulis: Mokh Faisol
Saat ini belum ada komentar