Tasyakuran Satu Abad NU Pasuruan, Kiai Anwar Ajak Kader Perkuat Barisan
- calendar_month Rab, 24 Sep 2025
- visibility 49
- comment 0 komentar

Pohjentrek, NU Pasuruan
Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Pasuruan menggelar tasyakuran memperingati satu abad perjalanan NU di Pasuruan. Kegiatan tersebut berlangsung di Aula PCNU Kabupaten Pasuruan pada Selasa (23/09/2025).
Momentum ini menjadi ajang refleksi atas kiprah panjang NU Pasuruan yang telah hadir lebih dari seratus tahun, mengawal umat sekaligus berkontribusi bagi bangsa.
Wakil Rais Aam PBNU, KH Anwar Iskandar, dalam sambutannya menyampaikan rasa syukur sekaligus apresiasi kepada para ulama dan tokoh NU Pasuruan yang sejak awal telah meletakkan fondasi kokoh bagi organisasi. Ia menegaskan, dari Pasuruan banyak lahir ulama besar yang tidak hanya memberi manfaat secara lokal, tetapi juga berperan di tingkat nasional.
“Alhamdulillah, dari Pasuruan ini lahir ulama-ulama hebat. Bahkan kini ada Kiai Muhibbul Aman Aly yang menjadi salah satu Rois PBNU. Ini patut kita syukuri, karena kiprah NU Pasuruan memberi manfaat tidak hanya bagi daerah ini, tetapi juga bangsa dan negara,” tutur Kiai Anwar.
Ia menambahkan, NU Pasuruan dikenal memiliki tradisi keilmuan yang kuat serta keberanian dalam menghadapi persoalan umat. Salah satu contohnya, ketika muncul fenomena son horeg, NU Pasuruan tampil terdepan menetapkan hukumnya haram.
“Keputusan tersebut sah dan menunjukkan keberanian serta integritas NU Pasuruan dalam menjaga akidah umat,” tegasnya.
Lebih jauh, Kiai Anwar menekankan bahwa menjadi bagian dari NU berarti siap berjuang dan menghadapi tantangan, sebagaimana perjalanan para nabi yang selalu ditempa cobaan.
“Sejak awal, NU lahir bersama berbagai ujian. Namun kita yakin, NU akan selalu mendapat penjagaan Allah. Sejarah membuktikan, siapa pun yang memusuhi NU pada akhirnya akan sirna, sementara NU tetap berdiri tegak,” ungkapnya.
Di akhir sambutannya, Ketua MUI tersebut mengajak seluruh kader dan warga NU untuk terus meluruskan barisan serta menjaga komitmen dalam bingkai sami‘na wa atha‘na.
“Kita boleh berbeda latar belakang, tetapi di dalam jam‘iyah NU kita harus tetap satu barisan,” ujarnya.
Ia juga menegaskan bahwa tantangan NU di era sekarang tidak hanya terkait urusan politik dan ekonomi, tetapi juga menjaga akidah Ahlussunnah wal Jamaah serta merawat persatuan bangsa.
“Negara ini lahir dari kesepakatan para tokoh bangsa dengan latar belakang berbeda, berlandaskan semangat Bhinneka Tunggal Ika. Tugas kita adalah terus merawat persatuan itu,” pungkasnya.
- Penulis: Mokh Faisol
Saat ini belum ada komentar