Kiai Matin, Ceritakan Teladan Mbah Wahab: Kedekatan Kiai dan Santri adalah Identitas NU
- calendar_month 12 jam yang lalu
- visibility 16
- comment 0 komentar

Pohjentrek, NU Pasuruan
Wakil Rais Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur, KH Abdul Matin Djawahir menegaskan kembali dawuh Hadlratussyekh KH Hasyim Asy’ari bahwa siapa pun yang mengurus NU akan dianggap sebagai santrinya.
Menurutnya, pesan tersebut menjadi ikatan ruhani antara guru dan santri yang telah menjadi tradisi kuat di lingkungan NU.Pernyataan itu disampaikan dalam kegiatan Silaturahmi dan Penguatan Organisasi Zona Pasuruan Raya PWNU Jawa Timur yang berlangsung di Aula PCNU Kabupaten Pasuruan, Rabu (10/12/2025).
“Dawuh Mbah Hasyim ini sudah tertanam dalam hati para pengurus NU dari tingkatan atas hingga bawah,” ujarnya.
Kiai Matin menjelaskan bahwa NU ibarat pesantren besar, sementara pesantren adalah bentuk kecil dari NU. Dalam struktur itu, Rais berposisi seperti kiai, sedangkan Tanfidziyah ibarat ketua pengurus pondok.
“Ini adalah mutiara Nahdlatul Ulama yang harus dijaga, yakni hubungan antara kiai dan santri,” tuturnya.
Dalam kesempatan itu, ia juga mengisahkan teladan KH Wahab Chasbullah yang dikenal visioner, bersahaja, serta dekat dengan semua kalangan. Mbah Wahab, kata Kiai Matin, juga memiliki sisi humoris sebagaimana para kiai NU pada umumnya.
Ia lalu menceritakan sebuah kisah ketika Mbah Wahab duduk santai di halaman Pondok Pesantren Bahrul Ulum Tambakberas, Jombang, di masa ketika penerangan masih minim. Di tengah kegelapan, hanya terlihat bara rokok kretek yang beliau hisap.
Tidak mengetahui bahwa sosok itu adalah kiainya, seorang santri mendekat dan meminta sedotan rokok dan Mbah Wahab langsung menyodorkannya.
Saat sang santri mengisap rokok tersebut, nyala bara menampakkan wajah Mbah Wahab. Seketika santri itu sadar, lalu panik dan lari sambil membawa rokok. Mbah Wahab pun spontan mengejarnya sambil berseru, “Hei, rokokku… rokokku!”
“Dari rokok satu sedotan itu, santri tersebut kelak menjadi kiai di Banyuwangi. Begitulah hubungan kiai dan santri di NU,” jelas Kiai Matin.
Ia mengingatkan bahwa dalam menghadapi dinamika apa pun, warga NU tidak perlu saling menyalahkan.
“Serahkan kepada Allah Semuanya sudah ditakdirkan. Pasti ada yang menggerakkan,” terangnya.
Menutup arahannya, KH Abdul Matin Djawahir menegaskan bahwa yang terpenting seluruh MWCNU harus terus bergerak, berkhidmah, dan menjalankan peran masing-masing tanpa terlalu mempersoalkan dinamika di tingkatan atas.
- Penulis: Mokh Faisol

Saat ini belum ada komentar