Breaking News
light_mode

Ramadlan, Iklan Sirup dan Kapitalisasi Agama

  • calendar_month Jum, 23 Apr 2021
  • visibility 243
  • comment 0 komentar

Hampir bisa dipastikan. Jika iklan sirup sudah berkali-kali ditayangkan di televisi, itu berarti Ramadlan sebentar lagi menjelang. Jika televisi mulai berlomba-lomba menayangkan program pengajian dan produk apapun dihubung-hubungkan dengan ibadah, fix Ramadlan telah menjelang.

Menjalankan ibadah Ramadhan di negeri ini, bisa jadi godaannya lebih gawat daripada di negara minoritas Muslim, sekali pun. Mengapa? Karena konseptor iklan di negeri ini terlalu kreatif. Orang Islam akan tersugesti untuk berpesta ketika Ramadlan.

Mengamati dunia periklanan di berbagai media massa, ada kesan jika kaum Muslimin di negeri ini begitu konsumtif dan Ramadlan berlaku hanya sebagai pengubah jadwal konsumsi. Termasuk ketika iklan makanan dan minum itu agak memaksa, rasanya masih bisa diterima nalar.

Berbeda jika produk semacam oli mesin, shampo, pembersih lantai, paket data internet apalagi obat kuat dihubung-hubungkan dengan ibadah Ramadlan. Selain kurang kreatif bisa juga memberi kesan kurang elegan. Ada sedikit kesan mengolok-ngolok karena para pengiklan itu merangsang diadakannya pesta, justru saat kaum Muslimin sedang berpuasa.

Pembaca pun, semestinya tersenyum geli jika produsen permen karet menawarkan produknya sebagai menu berbuka puasa. Bukankah begitu?

Namun, dalam paham kapitalisme memang tidak dikenal rumus etika apalagi nalar kepantasan. Apa saja boleh diiklankan. Dijual dan keuntungan sebagai tujuan utama. Lebih mulia dari apapun. Kaum kapitalis juga terindikasi memiliki selera humor yang kaku karena mengiklankan pasta gigi, obat kumur, suplemen makanan, obat lambung bahkan kwaci saja harus dihubung-hubungkan dengan ibadah.

Kita telah menyepakati toleransi dan kerukunan beragama. Bahkan akhir-akhir ini, setelah usaha disintegrasi bangsa digencarkan oleh berbagai pihak, kita kian yakin jika menghormati prosesi ibadah umat lain tak bisa ditawar lagi.

Dan, kapitalisasi agama selama Ramadlan oleh berbagai produsen di berbagai media massa, alangkah baiknya jika dihentikan. Semua harusnya orang tahu. Selama Ramadlan umat Islam dididik untuk mengendalikan nafsu konsumtif seefektif mungkin. Dan gempuran iklan yang memanfaatkan ritual suatu agama, bagaimana pun akan mengendap di alam pikiran bawah sadar.

Kapitalisasi juga sering berlaku dalam dunia “dakwah” sejak entah beberapa puluh tahun lalu. Terutama oleh pemilik stasiun televisi sebagai media massa paling akrab dengan konsumen iklan di negeri ini. Berbagai program berbau dakwah dikemas sedemikian rupa dengan menghadirkan nara sumber yang juga berpaham kapitalisme.

Sehingga, materi dakwah yang seharusnya dijadikan rujukan oleh orang awam, hanya disampaikan oleh pembicara yang tidak begitu ahli di bidangnya. Ibukota pun, dengan senang hati mensuplai ulama-ulama hasil framing sebagaimana preman tobat, muallaf, selebriti banting setir bahkan komedian sepi job.

Ini seharusnya disikapi oleh lembaga berwenang seperti Komisi Penyiaran Indonesia. Tentu dengan melibatkan ormas keagamaan moderat. Mengapa? Karena mayoritas penduduk negeri ini Muslim dan merekalah konsumen terbesar siaran televisi beserta iklannya. Menampilkan para dai yang ketenarannya belum sebanding dengan kualitas keilmuannya, bisa menimbulkan dampak sangat serius bagi kaum Muslimin.

Ide sertifikasi ulama yang beberapa waktu lalu pernah didengungkan pemerintah, sepertinya memang urgen. Yakni menangkal radikalisme yang disusupkan dalam agenda dakwah. Selanjutnya sebagai jaminan bagi orang Islam agar mempelajari Islam dari sumber yang kompeten dan layak dijadikan rujukan.

Dalam pengamatan penulis, meski era internet hampir menggusur tuntas peran televisi, radio serta koran, di kalangan akar rumput televisi masih cukup digemari. Televisi masih memegang peran penting dalam menyampaikan informasi, termasuk program dakwah di bulan Ramadhan seperti sekarang.

Jika para pemilik stasiun televisi hanya mengedepankan rating tanpa memperhatikan kualitas nara sumber program dakwah atau semacamnya, kaum Muslimin bisa mengkritisi bahkan menggugat mereka karena mengabaikan hak pemirsa untuk mendapatkan tayangan bermutu.

Selain kedua hal di atas, hampir semua produsen menawarkan produknya seakan dalam rangka menunjang terlaksananya ibadah Ramadhan dengan lancar. Sayangnya, produk-produk yang tak ada keterkaitan secara langsung dengan ibadah Ramadhan pun, ikut-ikutan mencomot “berkah” bulan suci umat Muslim ini. Misalnya saja apa yang dilakukan oleh penyedia paket data jaringan internet. Secara nalar, program menggratiskan kuota internet di malam hari tak ada kaitannya secara langsung dalam meningkatkan kualitas ibadah kaum Muslimin.

Bahkan sebaliknya, bisa menghamburkan waktu yang semestinya digunakan untuk meningkatkan ibadah seperti tadarrus, tarawih serta qiyamul lail. Demikian pula misalnya dengan iklan pembersih lantai yang diklaim dapat menambah kekhusyukan shalat karena sujud akan terasa nyaman oleh wangi lantai. Ini kurang logis karena hampir semua tempat ibadah telah menggunakan sejadah.

Apakah memproduksi iklan dengan tema serta tujuan seperti di atas melanggar hukum? Tentu saja tidak karena produk hukum kita belum disusun secara detail dan seserius itu. Namun jika dirunut secara adil, hal itu mengandung pesan tersembunyi sebagai berikut:

Pertama. Kaum Muslimin sebagai mayoritas terkesan menjadi objek eksploitasi para kapitalis, bahkan saat mereka melaksanakan ibadah.

Kedua. Secara tidak langsung, entah sengaja atau tidak, kaum kapitalis “mengolok-olok” ritual Ramadlan. Mengapa bisa? Karena Ramadlan yang merupakan bulan paling sakral dalam mengolah kualitas hidup kaum Muslimin. Berhasil “direcoki” dengan iming-iming konsumerisme tanpa ambang batas. Kita tahu, Ramadlan bisa dikatakan semacam hari raya Nyepi bagi umat Hindu. Alangkan intoleransinya jika kaum kapitalis tetap saja “menggoda” kaum Muslimin dalam kekhusyukan ibadah tahunan ini.

Ketiga. Jika kapitalisme memang benar-benar “tak ada urusan” dengan ritual keagamaan suatu umat beragama, mengapa di bulan Ramadlan mereka mengkapitalisasi segala hal atas nama ibadah? Itu jelas hanya hanya untuk keuntungan belaka. Semoga analisa tulisan ini salah dan tak berdasar.

Penulis: Abdur RozaqAlumni PMII, Pemilik IBRA FATIH 18 Channel

Editor: Makhfud Syawaludin

  • Penulis: NU Pasuruan

Komentar (0)

Saat ini belum ada komentar

Silahkan tulis komentar Anda

Email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom yang bertanda bintang (*) wajib diisi

Rekomendasi Untuk Anda

  • Lazisnu Kabupaten Pasuruan Bantu Korban Bencana di Probolinggo & Jember

    • calendar_month Jum, 4 Jan 2019
    • visibility 106
    • 0Komentar

    Lembaga Amil Zakat, Infaq dan Shodaqoh Nahdlatul Ulama (LAZISNU) Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Pasuruan beri bantuan kepada korban banjir dan longsor di Andung Biru, Tiris Probolinggo & Kencong Jember, Kamis (3/1/2019). H. M. Nawawi ketua LAZISNU Kabupaten Pasuruan menuturkan kegiatan ini sebagai bentuk rasa solidaritas terhadap saudara yang terkena musibah serta berbagi terhadap […]

  • Perkuat Akses Pendidikan, Mahasiswa UNU  STAI Salahuddin Pasuruan Gelar Bimbel Gratis

    Perkuat Akses Pendidikan, Mahasiswa UNU STAI Salahuddin Pasuruan Gelar Bimbel Gratis

    • calendar_month Ming, 20 Jul 2025
    • visibility 299
    • 0Komentar

    Gempol, NU PasuruanMahasiswa peserta Program Mahasiswa Mengabdi (PMM) Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Pasuruan menggelar kegiatan bimbingan belajar (bimbel) gratis di Taman Lumbung Pangan Nusantara. Ketua Kelompok PMM, Ema Nanda Damai Apriline mengatakan, tujuan dari kegiatan ini adalah untuk meningkatkan semangat belajar, memberikan pendampingan nonformal, dan membantu anak-anak memahami materi pelajaran yang mungkin belum sepenuhnya dimengerti […]

  • Perkuat Digitaliasi NU, PCNU Kabupaten Pasuruan Gelar Konsolidasi Akbar Admin Media Banom & MWCNU

    Perkuat Digitaliasi NU, PCNU Kabupaten Pasuruan Gelar Konsolidasi Akbar Admin Media Banom & MWCNU

    • calendar_month Sen, 8 Mar 2021
    • visibility 123
    • 0Komentar

    Pohjentrek, NU Kabupaten PasuruanPengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Pasuruan menggelar kegiatan Konsolidasi Akbar Admin Media Digital NU Pasuruan, Minggu, 7 Maret 2021 bertempat di Aula KH. Ahmad Jufri Graha PCNU Kabupaten Pasuruan, Pohjentrek. Menurut H. Ahmad Taufiq, selaku Wakil Ketua PCNU Kabupaten Pasuruan, selain menegaskan bahwa pasukan langit NU yang ada memang harus terkonsolidasi […]

  • Rutin Tiap Tahun, PK IPNU-IPPNU MA Ma’arif Al-Asy’ari Gelar Santunan Yatim

    • calendar_month Sen, 23 Sep 2019
    • visibility 121
    • 0Komentar

    Pengurus Komisariat (PK) IPNU-IPPNU MA Ma’arif Al-Asy’ary Gondangwetan rutin setiap tahun, tepatnya di bulan muharram, menggelar santunan anak yatim. Kegiatan ini bekerjasama dengan Forum Alumni MA Ma’arif Al-Asy’ary dan PC Lazisnu Kabupaten Pasuruan, Sabtu (21/9/2019) bertempat di Gedung MA Ma’arif Al-Asy’ari Jl. KH. Hasan Asy’ari Ranggeh Gondangwetan. Turut hadir ketua dan jajaran pengurus PC IPNU-IPPNU […]

  • Hasil Konfercab, Abdul Karim Terpilih  Menjadi Ketua GP Ansor Pasuruan

    Hasil Konfercab, Abdul Karim Terpilih Menjadi Ketua GP Ansor Pasuruan

    • calendar_month Jum, 7 Jun 2024
    • visibility 563
    • 0Komentar

    Pohjentrek, NU Pasuruan Pengurus Cabang (PC) Gerakan Pemuda GP Ansor Kabupaten Pasuruan menggelar Konferensi Cabang (Konfrcab) ke XI di Aula aula KH Ahmad Djufri PCNU Kabupaten Pasuruan, beberapa hari yang lalu. Dalam acara tersebut Abdul Karim terpilih kembali menjadi ketua PC GP Ansor Kabupaten Pasuruan. “Mari kita bersama sama membangun ansor 2024 – 2028 lebih […]

  • Gali Potensi, IPNU Pasuruan Gelar Kelas Kopi

    Gali Potensi, IPNU Pasuruan Gelar Kelas Kopi

    • calendar_month Sab, 4 Nov 2023
    • visibility 111
    • 0Komentar

    Perwosari, NU Pasuruan Untuk menghasilkan segelas kopi yang nikmat ternyata tak hanya menyeduhnya dengan air panas. Ada perjalanan panjang untuk menyajikan kopi di kelas kopi ini.Menyajikan kopi yang nikmat dan segar tidak semudah yang terlihat di depan mata. Setelah dipanen, biji kopi harus melalui proses pemilahan agar segelas kopi yang disajikan memiliki kualitas rasa yang […]

expand_less

Eksplorasi konten lain dari PCNU Kab. Pasuruan

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca