Breaking News
light_mode

Ramadlan, Iklan Sirup dan Kapitalisasi Agama

  • calendar_month Jum, 23 Apr 2021
  • visibility 113
  • comment 0 komentar

Hampir bisa dipastikan. Jika iklan sirup sudah berkali-kali ditayangkan di televisi, itu berarti Ramadlan sebentar lagi menjelang. Jika televisi mulai berlomba-lomba menayangkan program pengajian dan produk apapun dihubung-hubungkan dengan ibadah, fix Ramadlan telah menjelang.

Menjalankan ibadah Ramadhan di negeri ini, bisa jadi godaannya lebih gawat daripada di negara minoritas Muslim, sekali pun. Mengapa? Karena konseptor iklan di negeri ini terlalu kreatif. Orang Islam akan tersugesti untuk berpesta ketika Ramadlan.

Mengamati dunia periklanan di berbagai media massa, ada kesan jika kaum Muslimin di negeri ini begitu konsumtif dan Ramadlan berlaku hanya sebagai pengubah jadwal konsumsi. Termasuk ketika iklan makanan dan minum itu agak memaksa, rasanya masih bisa diterima nalar.

Berbeda jika produk semacam oli mesin, shampo, pembersih lantai, paket data internet apalagi obat kuat dihubung-hubungkan dengan ibadah Ramadlan. Selain kurang kreatif bisa juga memberi kesan kurang elegan. Ada sedikit kesan mengolok-ngolok karena para pengiklan itu merangsang diadakannya pesta, justru saat kaum Muslimin sedang berpuasa.

Pembaca pun, semestinya tersenyum geli jika produsen permen karet menawarkan produknya sebagai menu berbuka puasa. Bukankah begitu?

Namun, dalam paham kapitalisme memang tidak dikenal rumus etika apalagi nalar kepantasan. Apa saja boleh diiklankan. Dijual dan keuntungan sebagai tujuan utama. Lebih mulia dari apapun. Kaum kapitalis juga terindikasi memiliki selera humor yang kaku karena mengiklankan pasta gigi, obat kumur, suplemen makanan, obat lambung bahkan kwaci saja harus dihubung-hubungkan dengan ibadah.

Kita telah menyepakati toleransi dan kerukunan beragama. Bahkan akhir-akhir ini, setelah usaha disintegrasi bangsa digencarkan oleh berbagai pihak, kita kian yakin jika menghormati prosesi ibadah umat lain tak bisa ditawar lagi.

Dan, kapitalisasi agama selama Ramadlan oleh berbagai produsen di berbagai media massa, alangkah baiknya jika dihentikan. Semua harusnya orang tahu. Selama Ramadlan umat Islam dididik untuk mengendalikan nafsu konsumtif seefektif mungkin. Dan gempuran iklan yang memanfaatkan ritual suatu agama, bagaimana pun akan mengendap di alam pikiran bawah sadar.

Kapitalisasi juga sering berlaku dalam dunia “dakwah” sejak entah beberapa puluh tahun lalu. Terutama oleh pemilik stasiun televisi sebagai media massa paling akrab dengan konsumen iklan di negeri ini. Berbagai program berbau dakwah dikemas sedemikian rupa dengan menghadirkan nara sumber yang juga berpaham kapitalisme.

Sehingga, materi dakwah yang seharusnya dijadikan rujukan oleh orang awam, hanya disampaikan oleh pembicara yang tidak begitu ahli di bidangnya. Ibukota pun, dengan senang hati mensuplai ulama-ulama hasil framing sebagaimana preman tobat, muallaf, selebriti banting setir bahkan komedian sepi job.

Ini seharusnya disikapi oleh lembaga berwenang seperti Komisi Penyiaran Indonesia. Tentu dengan melibatkan ormas keagamaan moderat. Mengapa? Karena mayoritas penduduk negeri ini Muslim dan merekalah konsumen terbesar siaran televisi beserta iklannya. Menampilkan para dai yang ketenarannya belum sebanding dengan kualitas keilmuannya, bisa menimbulkan dampak sangat serius bagi kaum Muslimin.

Ide sertifikasi ulama yang beberapa waktu lalu pernah didengungkan pemerintah, sepertinya memang urgen. Yakni menangkal radikalisme yang disusupkan dalam agenda dakwah. Selanjutnya sebagai jaminan bagi orang Islam agar mempelajari Islam dari sumber yang kompeten dan layak dijadikan rujukan.

Dalam pengamatan penulis, meski era internet hampir menggusur tuntas peran televisi, radio serta koran, di kalangan akar rumput televisi masih cukup digemari. Televisi masih memegang peran penting dalam menyampaikan informasi, termasuk program dakwah di bulan Ramadhan seperti sekarang.

Jika para pemilik stasiun televisi hanya mengedepankan rating tanpa memperhatikan kualitas nara sumber program dakwah atau semacamnya, kaum Muslimin bisa mengkritisi bahkan menggugat mereka karena mengabaikan hak pemirsa untuk mendapatkan tayangan bermutu.

Selain kedua hal di atas, hampir semua produsen menawarkan produknya seakan dalam rangka menunjang terlaksananya ibadah Ramadhan dengan lancar. Sayangnya, produk-produk yang tak ada keterkaitan secara langsung dengan ibadah Ramadhan pun, ikut-ikutan mencomot “berkah” bulan suci umat Muslim ini. Misalnya saja apa yang dilakukan oleh penyedia paket data jaringan internet. Secara nalar, program menggratiskan kuota internet di malam hari tak ada kaitannya secara langsung dalam meningkatkan kualitas ibadah kaum Muslimin.

Bahkan sebaliknya, bisa menghamburkan waktu yang semestinya digunakan untuk meningkatkan ibadah seperti tadarrus, tarawih serta qiyamul lail. Demikian pula misalnya dengan iklan pembersih lantai yang diklaim dapat menambah kekhusyukan shalat karena sujud akan terasa nyaman oleh wangi lantai. Ini kurang logis karena hampir semua tempat ibadah telah menggunakan sejadah.

Apakah memproduksi iklan dengan tema serta tujuan seperti di atas melanggar hukum? Tentu saja tidak karena produk hukum kita belum disusun secara detail dan seserius itu. Namun jika dirunut secara adil, hal itu mengandung pesan tersembunyi sebagai berikut:

Pertama. Kaum Muslimin sebagai mayoritas terkesan menjadi objek eksploitasi para kapitalis, bahkan saat mereka melaksanakan ibadah.

Kedua. Secara tidak langsung, entah sengaja atau tidak, kaum kapitalis “mengolok-olok” ritual Ramadlan. Mengapa bisa? Karena Ramadlan yang merupakan bulan paling sakral dalam mengolah kualitas hidup kaum Muslimin. Berhasil “direcoki” dengan iming-iming konsumerisme tanpa ambang batas. Kita tahu, Ramadlan bisa dikatakan semacam hari raya Nyepi bagi umat Hindu. Alangkan intoleransinya jika kaum kapitalis tetap saja “menggoda” kaum Muslimin dalam kekhusyukan ibadah tahunan ini.

Ketiga. Jika kapitalisme memang benar-benar “tak ada urusan” dengan ritual keagamaan suatu umat beragama, mengapa di bulan Ramadlan mereka mengkapitalisasi segala hal atas nama ibadah? Itu jelas hanya hanya untuk keuntungan belaka. Semoga analisa tulisan ini salah dan tak berdasar.

Penulis: Abdur RozaqAlumni PMII, Pemilik IBRA FATIH 18 Channel

Editor: Makhfud Syawaludin

  • Penulis: NU Pasuruan

Komentar (0)

Saat ini belum ada komentar

Silahkan tulis komentar Anda

Email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom yang bertanda bintang (*) wajib diisi

Rekomendasi Untuk Anda

  • Ulas Pluralisme Hukum Perkawinan Muslim Tengger, Pengurus LTMNU Pasuruan Raih Gelar Doktor

    Ulas Pluralisme Hukum Perkawinan Muslim Tengger, Pengurus LTMNU Pasuruan Raih Gelar Doktor

    • calendar_month Kam, 12 Jan 2023
    • visibility 41
    • 0Komentar

    Surabaya, NU PasuruanPengurus Cabang (PC) Lembaga Takmir Masjid Nahdlatul Ulama (LTMNU) Kabupaten Pasuruan Bakhrul Ulum berhasil meraih gelar doktor Program Studi Hukum Islam Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya (UINSA), Kamis (12/1/2023). Hal itu setelah mempertahankan disertasinya di hadapan para penguji di Ruang 1 Lantai III Gedung Twin Tower UINSA, Jl. Ahmad Yani Nomor 117, […]

  • Cegah Keretakan Keluarga, KKN UNU STAIS Pasuruan Edukasi Literasi Keuangan

    Cegah Keretakan Keluarga, KKN UNU STAIS Pasuruan Edukasi Literasi Keuangan

    • calendar_month Sen, 18 Sep 2023
    • visibility 72
    • 0Komentar

    Rejoso, NU PasuruanMahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Kolaborasi Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Pasuruan dengan Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Salahuddin Pasuruan yang tergabung dalam kelompok 16 menggelar Edukasi Literasi Keuangan Keluarga. Kegiatan itu dipusatkan di Balai Desa Manikrejo, Kecamatan Rejoso, Kabupaten Pasuruan Rabu (9/8/2023). Diikuti 30 peserta dari Muslimat, Fatayat, Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) dan […]

  • Perkuat Kajian Budaya, Santri As-Salafiyah Gandeng ISNU Pasuruan Bedah Buku Sosiologi

    Perkuat Kajian Budaya, Santri As-Salafiyah Gandeng ISNU Pasuruan Bedah Buku Sosiologi

    • calendar_month Kam, 13 Jul 2023
    • visibility 52
    • 0Komentar

    Panggungrejo, NU PasuruanOrganisasi Siswa Salafiyah (Osmas) Yayasan Ma’had As-Salafiyah Kota Pasuruan membedah buku terbitan Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) Kabupaten Pasuruan. Yakni Buku Pengantar Sosiologi Umum dan Sosiologi Islam. Kegiatan dipusatkan di Meeting Room Pondok Pesantren Salafiyah, Jl KH Abdul Hamid VIII/14, No. 14, Kelurahan Kebonsari, Kecamatan Panggungrejo, Selasa (11/07/2023). “Itu buku terbitan ISNU Kabupaten […]

  • Perkuat Moral Siswa, Ma’arif NU Pasuruan Susun Buku “Aku Anak Sholeh”

    • calendar_month Sab, 20 Okt 2018
    • visibility 52
    • 0Komentar

    Dalam upaya mengatasi maraknya krisis moral di Indonesia, Pengurus Cabang Lembaga Pendidikan Ma’arif Nahdlatul Ulama (PC LP Ma’arif NU) Kabupaten Pasuruan mengadakan penyusunan buku panduan karakter anak sholeh/sholihah, Rabu-Kamis (17-18/10/2018). Buku yang diberi judul “Aku Anak Sholeh” tersebut, nantinya menjadi pegangan wajib bagi siswa-siswi sekolah/madrasah di kabupaten Pasuruan. Menurut H. Mahmud, S.Ag, M.PdI, selaku Sekretaris […]

  • Mahasiswa ITSNU Pasuruan Ajak Anak-Anak Pesisir Semangat Belajar Hingga Kuliah

    Mahasiswa ITSNU Pasuruan Ajak Anak-Anak Pesisir Semangat Belajar Hingga Kuliah

    • calendar_month Kam, 10 Feb 2022
    • visibility 49
    • 0Komentar

    Kraton, NU PasuruanMahasiswa Institut Teknologi dan Sains Nahdlatul Ulama (ITSNU) Pasuruan yang tergabung dalam Kelompok 12 Kuliah Kerja Nyata Tematik (KKNT) membantu peningkatan kemampuan membaca, menulis, dan menghitung anak-anak pesisir di Desa Kalirejo, Kecamatan Kraton, Kabupaten Pasuruan. Penanggung jawab kegiatan Maria Zulfa menjelaskan, kegiatan itu sebagai bentuk motivasi dan dukungan kepada anak-anak usia sekolah agar […]

  • PAC se Pasuruan Raya Ikuti Akreditasi PW Ansor Jatim, Ini Hasilnya

    PAC se Pasuruan Raya Ikuti Akreditasi PW Ansor Jatim, Ini Hasilnya

    • calendar_month Sen, 5 Sep 2022
    • visibility 94
    • 0Komentar

    Beji, NU PasuruanPimpinan Cabang (PC) Gerakan Pemuda (GP) Ansor Nahdlatul Ulama (NU) Bangil, Kota dan Kabupaten Pasuruan menggelar ‘Visitasi Assesor Akreditasi’ di Aula Anisah Foundation, Desa Sidowayah, Kecamatan Beji, Kabupaten Pasuruan, Ahad (04/09/2022). Kegiatan visitasi diikuti ketua dan sekretaris atau tim akrediasi yang berasal dari dua puluh delapan (28) Pimpinan Anak Cabang (PAC) GP Ansor […]

expand_less

Eksplorasi konten lain dari PCNU Kab. Pasuruan

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca